Sabtu, 04 Juli 2009

BERKAH

Lelaki itu bernama Henry, seorang pengusaha bengkel mobil dan asesoriesnya beserta pencucian mobil. Seperti kebanyakan pengusaha yang merasa telah kenyang makan asam-garam maka selalu merasa diatas angin, selalu merasa paling benar, selalu merasa paling tahu seluk-beluk bisnisnya. Ditambah perangainya yang gampang naik pitam terhadap anak buahnya, jika omset menurun karena hal-hal diluar jangkauan manusia, seperti ketika musim hujan yang berakibat pencucian mobilnya sepi maka tak jarang caci-maki dan kata-kata bodoh keluar dari mulutnya, seolah-olah jika Henry sendiri yang turun tangan maka tidak akan terjadi kemerosotan omset. Tetapi jika bisnisnya sedang naik daun karena musim liburan dimana banyak orang ke bengkelnya untuk memeriksakan mobilnya yang berarti omsetnya naik, maka dia kan menganggapnya suatu hal yang lumrah saja, tidak perlu tambahan bonus atau uang makan bagi karyawannya yang telah lelah mengurusi sekian banyak kastemer yang datang.

Wanita itu bernama Sopie, manajer bengkel yang bekerja pada Henry. Tugas Sopie adalah bagaimana agar omset bengkel tersebut dapat tetap terjaga baik dan bahkan semakin naik. Walhasil Sopie harus ikut pontang-panting turun tangan melayani pelanggan bengkel tersebut yang seharusnya sudah bukan tugasnya lagi. Karena para karyawannya sudah kehilangan semangat bekerja akibat tabiat dan perangai Henry yang temperamental dan tidak pernah peduli nasib karyawannya. Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, mengudurkan diri sebagai karyawan di bengkel milik Henry bukanlah suatu pilihan bagi para karyawannya mengingat susahnya lapangan pekerjaan diluar sana.

Jika ada pelanggan yang komplain kepada Henry terhadap hasil kerja bengkel terhadap mobilnya, maka dengan keras Henry akan memanggil montirnya dan memarahinya didepan pelanggan yang komplain tersebut dan menyuruhnya untuk memperbaikinya tetapi pelanggan akan disuruh menunggu terlebih dahulu. Jika ada pelanggan korporasi yang memang diberi tenggang waktu pembayaran karena strategy bisnisnya dan membayarnya telat satu atau dua hari, maka Henry akan kembali naik pitam kepada Sopie sang manager bengkel. Jika ada supplier bengkelnya mengirimkan tagihannya kepada Henry dan hatinya sedang senang maka akan langsung dibayar, tetapi jika hatinya sedang sumpek maka there’s still tommorrow to pay.

Suatu ketika dalam sebuah acara penyegaran rohani, Henry tiba-tiba tersadar dan mendapat pencerahan sehingga mata hatinya terbuka lebar. Ternyata sebuah bisnis bukan melulu soal uang, sebuah bisnis adalah soal orang juga. “Business is about people not only products and services”, maka dari itu jangan lupakan ujung tombak suatu bisnis, yaitu karyawan. Jika ingin sukses maka sentuhlah karyawan karena motor penggerak sebuah perusahaan adalah para karyawannya. Maka pencerahan itu menginspirasikan diri Henry. Dia kemudian menganggap bahwa semua itu titipan TUHAN. Bisnis bengkelnya adalah milik TUHAN dan dirinya hanyalah tak lain dari pengelola yang diberi kepercayaan oleh TUHAN untuk menjalankannya. Dan diajaklah seluruh karyawannya untuk melakukan meeting bersama, suatu hal yang tidak pernah dilakukannya kecuali terhadap Sopie. Dalam meeting tersebut Henry membuat para karyawannya terpesona dengan kata-katanya : “kita ini semua ternyata adalah para pengelola bengkel ini, pemilik bengkel ini adalah TUHAN, oleh karena itu marilah kita saling bahu-membahu dalam menjalankan bengkel ini”. Kemudian diambillah langkah-langkah perubahan oleh Henry, bahwa tugas karyawan adalah melayani pelanggan bengkelnya dan tugasnya sebagai pemimpin bengkel adalah melayani karyawannya, sehingga terciptalah suatu sinergy yang harmonis. Kata-kata cacian sudah tidak pernah keluar lagi dari mulutnya, bahkan Henry mulai memberlakukan sistem bonus atau tambahan uang makan ketika karyawannya harus pulang larut, tak lupa pula tiap karyawannya disapanya tiap hari, di uwongke (diorangkan) kalau menurut istilah jawa. Akibatnya kinerja karyawannya meningkat karena mereka melihat perubahan dalam diri pemilik bengkelnya. Kepada pelanggannyapun Henry sekarang memperlakukan mereka bukan hanya sebagai raja tetapi sebagi layaknya kaisar. Jika terjadi komplain maka Henry akan meminta maaf terlebih dahulu kepada pemilik mobil tersebut kemudian meminta montirnya untuk mengganti atau memperbaikinya segera tanpa harus menunggu lagi dan tanpa extra tambahan biaya, bahkan masih diberikan garansi jika terjadi keluhan dikemudian hari. Maka mudah ditebak, makin sukses lah usaha bengkel milik Henry, dan saat ini dia berencana untuk membuka cabang bengkelnya di 3 (tiga) kota besar sekaligus.

Dan ketika ditanya apa rahasia suksesnya yang didapat dari pencerahan kala itu, jawabnya “hidup kita bukanlah hanya mencari berkah semata bagi diri kita sendiri, tetapi menjadi berkah bagi semua orang, bahwa titipan TUHAN itu (bengkel) bukan hanya untuk dirinya saja tetapi juga untuk sesamanya (karyawan, pemasok, pelanggan, serta lingkungannya).”

Kutisari.23.06.2009-buat temanku Henry

Tidak ada komentar: