Kamis, 29 April 2010

kolom sentilan : " COWBOYS IN PARADISE "


COWBOYS IN PARADISE

Gigolo adalah hal yang dianggap fenomenal dinegeri ini dan berakibat film dokumenter berjudul 'cowboys in paradise' yang di upload di youtube karya amit virmani yang tinggal di singapore pun menjadi sangat terkenal secara tiba-tiba. Akibat dari beredarnya film dokumenter inipun sepanjang pantai Kuta-Bali di razia oleh pihak berwajib, para pejabat terkait mengeluarkan ungkapan penyesalan akan film ini bahkan ada yang mempertanyakan masalah perizinan pembuatan film ini. Disukai atau tidak, disadari secara sadar-sesadarnya atau tidak, praktek gigolo ini sudah ada sejak lama, tidak saja di Kuta-Bali, dikota-kota besar di Indonesia seperti : Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Jogja dan kota-kota lainnya pun terdapat praktek gigolo ini.Bukan saja di negara kita, di negara-negara lainnya, praktek gigolo inipun marak, apalagi di daerah wisata. Karena ada pangsa marketnya maka maraklah gigolo ini. Dalam hal ini rasanya (kembali) reaksi aparat maupun pejabat sangat berlebihan, ini sepertinya bahwa dinegeri kita tercinta ini para aparat hanya akan bertindak jika suatu hal sudah menjadi pergunjingan atau dengan kata lain jika nasinya sudah menjadi bubur. Sebetulnya jika nasi sudah menjadi bubur sekarang tinggal mau kita apakan buburnya, jadikanlah bubur ayam yang enak, jangan kemudian sudah menjadi bubur malah juru masaknya di salahkan :))

surabaya, 29 april 2010


Kolom Sentilan adalah : Tulisan yang idenya muncul tiba-tiba dan harus direalisasikan segera. Tulisan yang tidak perlu waktu banyak untuk membacanya tapi menarik untuk dikomentari.

kolom sentilan : " PILKADA "


PILKADA

akhir-akhir ini dibanyak daerah di negeri ini sedang marak terjadi pergantian kepala daerah karena siklus 5 tahunan pemilihan sudah berakhir, baik itu pemilhan untuk gubernur+wakil, walikota+wakil, maupun bupati+wakil. Ada beberapa fenomena yang menarik dicermati, diantaranya : berbondong-bondongnya orang-orang untuk mencoba peruntungan tersebut termasuk dari kalangan selebritis-artis. Beberapa nama-nama politikus lokal akan mencoba merapat ke partai politik yang cukup punya nama, sementara beberapa partai politik kelas teri jengki justru akan merapat ke calon dari selebritis-artis. keduanya dengan tujuan yang sama : agar dikenal oleh masyarakat pemilih. Yang politikus lokal namanya akan dikenal karena hasil lobbynya berhasil mendapat dukungan partai besar sedangkan partai kelas teri jengki akan dikenal ketika mencalonkan selebritis-artis, apalagi jika yang dicalonkan selebritis wanita yang seronok. Belum lagi beberapa nama yang seakan rela ikutan pemilihan kepala daerah padahal dia sudah pernah menduduki jabatan kenegaraan yang cukup mentereng atau seorang kontestan yang rela untuk mengikuti pencalonan menjadi wakil walikota padahal saat ini dia adalah walikota dari kota yang sama. Dari sini sepertinya kita sudah bisa melihat kualitas seperti apa orang-orang atau partai-partai tersebut diatas jika kelak akhirnya mereka terpilih. Kita sebagai rakyat hendaknya makin cerdas dalam mensikapi hal-hal tersebut meskipun sebenarnya rakyat diberikan pelajaran pembodohan dengan maraknya hal-hal tersbut. Kembali kepada rakyat daerah tersebut, mau pintar atau bodoh? pilihan kepala daerah ditangan anda lho :)

surabaya, 29 april 2010


Tulisan yang idenya muncul tiba-tiba dan harus direalisasikan segera. Tulisan yang tidak perlu waktu banyak untuk membacanya tapi menarik untuk dikomentari.

kolom sentilan : " TENAGA KERJA ASING DI INDONESIA "



TENAGA KERJA ASING DI INDONESIA
kerusuhan yang pecah di PT Drydocks Batam adalah akibat ketika seorang tenaga kerja asing asal india melontarkan kata-kata yang menyinggung rasa nasionalisme kita. Dan ketika Tim Pencari Fakta (TPF) bentukan Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) turun ke lapangan menemukan bahwa penggunaan tenaga kerja asing di perusahaan tersebut dianggap berlebihan dimana sampai level supervisor saja juga memakai tenaga kerja asing, belum lagi urusan penggajian yang sangat terlihat kesenjangannya antara tenaga lokal dengan tenaga kerja asing untuk posisi yang sama. Dampak selanjutnya adalah UU NO 12 2003 tentang ketenaga kerjaan dianggap perlu untuk direvisi (menurut Ketua Kelompok Kerja Ketenaga Kerjaan - Komisi IX), terutama untuk soal banyaknya tenaga asing yang boleh dimiliki oleh suatu perusahaan serta ketentuan gaji. Suka atau tidak suka bagi kita-kita yang bekerja di perusahaan multinasional akan merasa 'iri' dengan perbedaan ketentuan gaji serta fasilitas antara pekerja lokal dengan pekerja asing untuk jabatan serta tanggung jawab yang sama. Rasanya pemerintah selalu terlambat dalam mengambil suatu keputusan, ketika suatu masalah 'meledak' baru kemudian ditarik kebelakang untuk direvisi atau diperbaiki dengan ditambah yang dianggap kurang, kenapa pemerintah tidak bisa membuat suatu peraturan yang bisa bertahan lama? Long Lasting kalo kata iklan sebuah battery :)

surabaya, 28 january 2010


KOLOM SENTILAN adalah : Tulisan yang idenya muncul tiba-tiba dan harus direalisasikan segera. Tulisan yang tidak perlu waktu banyak untuk membacanya tapi menarik untuk dikomentari.

kolom sentilan : "RUTAN KHUSUS KORUPTOR"


untuk sementara judul diatas akan dijadikan tempat untuk menampung tulisan-tulisan singkat. Tulisan yang idenya muncul tiba-tiba dan harus direalisasikan segera. Tulisan yang tidak perlu waktu banyak untuk membacanya tapi menarik untuk dikomentari.

RUTAN KHUSUS KORUPTOR

memang 'menyenangkan' bisa menjadi seorang koruptor di negeri ini, betapa tidak karena kemarin 27 April 2010, Pemerintah melalui MENKUM & HAM - Patrialis Akbar meresmikan Rumah Tahanan Negara Klas I khusus tindak pidana korupsi di Lapas Cipinang, Jakarta. Dan ini merupakan RUTAN khusus bagi koruptor di Indonesia dengan rencana bangunan 3 lantai. Kita boleh berprasangka bahwa di rutan ini fasilitas bagi para narapidananya pasti sangat berbeda-lha wong isinya koruptor yang udah maling duitnya rakyat negara ini, masak iya kita bisa percaya rutan tersebut tidak dimaksudkan untuk memberikan perlakuan dan fasilitas khusus bagi para tahanan korupsi, seperti ungkapan Patrialis Akbar(MENKUM&HAM) : " Yah, paling dikasih sebuah TV, itu juga buat rame-rame biar mereka tidak terisolasi." bagaimana menurut anda?

surabaya, 28 january 2010

KTIKA TIDAK BISA TERPEJAM

Apa yang akan kita lakukan ketika kita tidak bisa memejamkan mata alias tidak bisa tidur di malam hari? Jawabannya bisa bermacam-macam, bisa nonton tv, memutar cakram dvd, mendengarkan musik, membaca buku, browsing internet, baca status temen-temen di fb, dan sebagainya.

Tetapi pernahkan kita mencoba untuk sejenak ‘berhenti sebentar’ tanpa melakukan apa-apa ketika pada malam hari atau dini hari tidak dapat memejamkan mata? Cobalah untuk melakukan hal tersebut karena yang terjadi padaku seringkali adalah kelebatan kejadian-kejadian pada hari ini bahkan beberapa hari lalu, kadangkala malah ‘bisa’ merasakan apa yang akan terjadi pada diri kita atau orang-orang terdekat kita.

Karena kadangkala Gusti Allah akan menunjukkan jalanNYA kepada kita umatnya dengan berbagai cara sepanjang kita mempercayaiNYA. Kepercayaan sendiri ibarat sebuah sugesti pada diri kita, dimana sugesti tersebut dapat menjadi ‘ajian pamungkas’ kita dalam menghadapi hidup ini karena sugesti tersebut adalah sebuah keyakinan. Ketika seseorang disugestikan dapat berjalan melewati bara api tanpa rasa sakit maka orang tersebut tidak akan merasakan apapun ketika berjalan melewati bara api, ketika seseorang di vonis oleh dokter menderita suatu penyakit kronis (jantung atau kanker dan dinyatakan bahwa umurnya tidak panjang lagi) maka dalam sekejap orang tersebut akan mengalami penurunan kesehatan yang drastis dan berakibat kematian.

Kembali ke persoalan tidak bisa tidur, cobalah untuk ‘berhenti sebentar’ dan merenung, niscaya-Insya Allah kita akan dapat mensyukuri hidup yang kita jalani ini dan kita dapat menambah sugesti kita dalam menghadapi persoalan apapun juga. Karena tidak ada persoalan yang tidak ada jalan keluarnya seperti halnya tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya (kecuali penyakit kematian). Apapun kepercayaan yang kita anut dan yakini, cobalah untuk melewati tengah malam dengan mata belum terpejam dan dengarkan-rasakan sekeliling kita-ikuti pikiran kita atau jika kita tipikal orang yang gampang tidur maka cobalah untuk meluangkan waktu bagi diri sendiri untuk merenung pada suatu saat dan rasakan kedahsyatan Sang Maha Pencipta.

surabaya 10 maret dinihari

SOE HOK GIE yang aku tahu


Tadinya judul yang akan kubuat adalah Soe Hok Gie yang aku kenal tetapi rasanya kok mengada-ada secara Hok Gie telah meninggal jauh sebelum aku dilahirkan. Maka jadilah Soe Hok Gie yang aku tahu menjadi lebih terasa enak buatku.

‘perkenalan’ ku dengan sosok Hok Gie sekitar tahun 1996 tidak lama setelah aku keluar dari penjara ketika seorang sahabat meminjami ku buku Catatan Seorang Demonstran (CSD), saat itu aku sama sekali tidak tahu siapa sosok Hok Gie (yang menurutku sangat wajar karena aku dibesarkan di era 80-90an). Yang aku ingat, pertama membuka buku tersebut adalah melihat sudah cetakan keberapa buku terbitan LP3ES tsersebut dan ketika itu kalau tidak salah sudah cetakan yang kesekian belas yang berarti bahwa buku ini laris manis seperti kacang rebus.

Baru sejak itu buku demi buku tentang Hok Gie aku cari, beli, dan baca. Sosok Hok Gie adalah sosok yang luar biasa bagiku, seorang nasionalis tulen walaupun keturunan Tionghoa. Rasanya aku belum menemukan sosok seperti dia sebelumnya dan hal tersebut membuatku ‘merasa iri’ dan menertawakan diriku sendiri ; “kemana aja lo disaat seumuran Hok Gie.” Ketika Hok Gie masih belasan tahun mungkin dia sudah membaca romeo & yuliet sementara aku berkutat dengan lima sekawan-enid blyton atau tiga sekawan-alfred hitchock, ketika Hok Gie menulis buku hariannya diumur 15 tahun yang berisi tumpahan kekesalannya karena nilainya dikurangin 3 pada pelajaran sejarah sementara seusianya aku malah belum pernah menulis buku harian.

Bagi orang-orang yang merasa terusik oleh tulisan-tulisannya serta kegiatannya menjadi ketika mahasiswa FSUI era 60-an, sosok Hok Gie akan dianggap pemberontak dan tukang bikin onar, tetapi menurutku sosok Hok Gie adalah sosok yang jujur melihat keadaan sekitarnya dengan apa adanya. Tulisan-tulisannya dibeberapa media ketika itu seperti kompas, sinar harapan, indonesia raya sangat-sangat kritis, tajam, berani, dan lugas. Demikian juga dengan kegiatan-kegiatan demonstrasinya terhadap pemerintahan Soekarno ketika itu. Tetapi dibalik semua itu, Hok Gie sebenarnya sosok yang suka merenung dimana hal ini ditunjukkan dengan kesenangannya mendaki gunung yang kemudian mengantarkan ajalnya di puncak Semeru pada 16 desember 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke 27 tahun.

Seingatku, buku Catatan Seorang Demonstran yang merupakan buku harian Hok Gie sempat menjadi ‘bacaan wajib’ para mahasiswa ketika berlangsung era reformasi yang menumbangkan rezim Soeharto. Hanya saja kemudian tidak ada yang bisa sekaliber Hok Gie. Apa yang terjadi kemudian setelah era reformasi adalah hal yang sama di rasakan oleh Hok Gie, ketika rekan-rekan mahasiswa perjuangannya menumbangkan Soekarno dan kemudian berada dilingkup pemerintahan Soeharto, maka para mantan mahasiswa tersebut seolah lupa dengan perjuangan mereka untuk rakyat banyak dan terlena oleh kekuasaan yang mereka nikmati. Sampai kemudian Hok Gie beserta teman-temannya mengirimkan ‘paket’ berisi bedak, gincu, cermin,jarum, benang untuk para 13 perwakilan mahasiswa yang berada di DPR-GR (Dewan Perwakilan Rakyat-Gotong Royong) disertai sebuah surat yang intinya ungkapan sindiran terhadap perwakilan mahasiswa di DPR-GR tersebut.
“Yang Terhormat, kami mahasiswa universitas di Jakarta, dengan penuh rasa hormat bersama ini kirimkan kepada anda, “perwakilan mahasiswa” di DPR-GR. Paket Lebaran dan Natal. Dalam suasana Lebaran dan Natal ini kami menghormati perjuangn yang telah kalian lakukan selama bertahun-tahun dilembaga ‘perwakilan’ rakyat ini. Kondisi demokrasi Indonesia dan rule of The Law saat ini jelas merupakan hasil dari perjuan kalian semua, mahasiswa yang tak kenal ampun dan tak terkalahkan, yang tidak kenal menyerah, dan tidak kenal kompromi dengan apa yang benar! Bersama surat ini kami kirimkan kepada anda, saudara kami yang terhormat, yang dapat membuat diri kalian lebih menarik dimata penguasa dan rekan-rekan sejawat anda di DPR-GR. Bekerjalah dengan baik, Hidup Orde Baru! Nikmatilah kursi anda tidurlah nenyak!”

Secara pribadi aku sangat setuju dengan Hok Gie mengenai belajarlah pada sejarah, karena dengan mengetahui sejarah kita tentunya kita akan melangkah lebih hati-hati demi kemajuan bangsa Indonesia ini. Karena seperti kata pepatah ‘pengalaman adalah sebuah guru yang baik’ dan bukankah pengalaman itu sendiri adalah sebuah sejarah ? Tulisan-tulisan Hok Gie masih relevan untuk dibaca dan dijadikan pembelajaran bagi kita semua terutama generasi muda saat ini. Tulisan-tulisannya layak untuk direnungi lagi. Hanya saja aku yakin tidak banyak dari generasi saat ini yang mengetahui sosok Soe Hok Gie. Sosok yang menganggap dengan mendaki gunung maka seseorang baru akan dapat lebih mencintai negerinya dan mengetahui kehidupan ‘rakyat sebenarnya’ di pedesaaan dan pegunungan karena akan saling berinteraksi.

Sudah lebih dari 40 tahun sejak kematiannya tetapi pada banyak orang (termasuk aku) yang mengetahui sosoknya, maka Soe Hok Gie adalah sebuah legenda. Semoga tulisan-tulisan Hok Gie dapat menjadi sumber inspirasi bagi kita semua dan generasi selanjutnya.

Surabaya 14 february 2010 tulisan ini dibuat setelah membaca : SOE HOK-GIE..sekali lagi cetakan ke dua January 2010

RONGGOWARSITO


Raden Ngabehi Ronggowarsito merupakan pujangga besar terakhir tanah Jawa yang hidup ketika pemerintahan Kasunanan Surakarta. Beliau telah menghasilkan banyak tulisan Karya Sastra Jawa, antara lain ;
* Bambang Dwihastha : cariyos Ringgit Purwa
* Bausastra Kawi atau Kamus Kawi – Jawa, beserta C.F. Winter sr.
* Sajarah Pandhawa lan Korawa : miturut Mahabharata, beserta C.F. Winter sr.
* Sapta dharma
* Serat Aji Pamasa
* Serat Candrarini
* Serat Cemporet
* Serat Jaka Lodang
* Serat Jayengbaya
* Serat Kalatidha
* Serat Panitisastra
* Serat Pandji Jayeng Tilam
* Serat Paramasastra
* Serat Paramayoga
* Serat Pawarsakan
* Serat Pustaka Raja
* Suluk Saloka Jiwa
* Serat Wedaraga
* Serat Witaradya
* Sri Kresna Barata
* Wirid Hidayat Jati
* Wirid Ma'lumat Jati
* Serat Sabda Jati

tetapi salah satu karya sastranya yang dianggap mewakili jaman ini adalah yang berasal dari Serat Kalatida, yang terdiri atas 12 bait tembang Sinom :

amenangi jaman édan,
éwuhaya ing pambudi,
mélu ngédan nora tahan,
yén tan mélu anglakoni,
boya keduman mélik,
kaliren wekasanipun,
ndilalah kersa Allah,
begja-begjaning kang lali,
luwih begja kang éling klawan waspada.

yang terjemahannya sebagai berikut:

menyaksikan zaman gila,
serba susah dalam bertindak,
ikut gila tidak akan tahan,
tapi kalau tidak mengikuti (gila),
tidak akan mendapat bagian,
kelaparan pada akhirnya,
namun telah menjadi kehendak Allah,
sebahagia-bahagianya orang yang lalai,
akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada.

Syair tersebut diatas relevan dengan saat ini karena zaman ini dianggap sebagai zaman edan dimana banyak orang (terutama pejabat) yang suka mencari keuntungan pribadi tanpa memperdulikan nasib orang lain.

*belajarlah dari sejarah*

RAMALAN JOYOBOYO


ini bukannya mendahului kehendak Kanjeng Gusti, cuman ingin mengingatkan bahwa jaman dahulu Ki Joyoboyo pernah mengeluarkan ramalan-ramalannya tentang negara ini dimana kalau kita telaah lebih dalam, kita bisa melihat bahwa karena perubahan jaman maka seorang Joyoboyo dapat memprediksi akan ada pesawat, kereta, dsbnya serta kelakuan para manusia saat ini., mari kita mulai instropeksi diri sehingga kita juga 'bisa' menghindarkan diri kita dari wolak-walik'e ing jaman.

berikut petikan ramalan Ki Joyoboyo :

1. Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran --- Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda.
2. Tanah Jawa kalungan wesi --- Pulau Jawa berkalung besi.
3. Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang --- Perahu berjalan di angkasa.
4. Kali ilang kedhunge --- Sungai kehilangan mata air.
5. Pasar ilang kumandhang --- Pasar kehilangan suara.
6. Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak --- Itulah pertanda zaman Jayabaya telah mendekat.
7. Bumi saya suwe saya mengkeret --- Bumi semakin lama semakin mengerut.
8. Sekilan bumi dipajeki --- Sejengkal tanah dikenai pajak.
9. Jaran doyan mangan sambel --- Kuda suka makan sambal.
10. Wong wadon nganggo pakeyan lanang --- Orang perempuan berpakaian lelaki.
11. Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking zaman--- Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik
12. Akeh janji ora ditetepi --- Banyak janji tidak ditepati.
13. keh wong wani nglanggar sumpahe dhewe--- Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.
14. Manungsa padha seneng nyalah--- Orang-orang saling lempar kesalahan.
15. Ora ngendahake hukum Hyang Widhi--- Tak peduli akan hukum Hyang Widhi.
16. Barang jahat diangkat-angkat--- Yang jahat dijunjung-junjung.
17. Barang suci dibenci--- Yang suci (justru) dibenci.
18. Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit--- Banyak orang hanya mementingkan uang.
19. Lali kamanungsan--- Lupa jati kemanusiaan.
20. Lali kabecikan--- Lupa hikmah kebaikan.
21. Lali sanak lali kadang--- Lupa sanak lupa saudara.
22. Akeh bapa lali anak--- Banyak ayah lupa anak.
23. Akeh anak wani nglawan ibu--- Banyak anak berani melawan ibu.
24. Nantang bapa--- Menantang ayah.
25. Sedulur padha cidra--- Saudara dan saudara saling khianat.
26. Kulawarga padha curiga--- Keluarga saling curiga.
27. Kanca dadi mungsuh --- Kawan menjadi lawan.
28. Akeh manungsa lali asale --- Banyak orang lupa asal-usul.
29. Ukuman Ratu ora adil --- Hukuman Raja tidak adil
30. Akeh pangkat sing jahat lan ganjil--- Banyak pejabat jahat dan ganjil
31. Akeh kelakuan sing ganjil --- Banyak ulah-tabiat ganjil
32. Wong apik-apik padha kapencil --- Orang yang baik justru tersisih.
33. Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin --- Banyak orang kerja halal justru merasa malu.
34. Luwih utama ngapusi --- Lebih mengutamakan menipu.
35. Wegah nyambut gawe --- Malas untuk bekerja.
36. Kepingin urip mewah --- Inginnya hidup mewah.
37. Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka --- Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.
38. Wong bener thenger-thenger --- Orang (yang) benar termangu-mangu.
39. Wong salah bungah --- Orang (yang) salah gembira ria.
40. Wong apik ditampik-tampik--- Orang (yang) baik ditolak ditampik (diping-pong).
41. Wong jahat munggah pangkat--- Orang (yang) jahat naik pangkat.
42. Wong agung kasinggung--- Orang (yang) mulia dilecehkan
43. Wong ala kapuja--- Orang (yang) jahat dipuji-puji.
44. Wong wadon ilang kawirangane--- perempuan hilang malu.
45. Wong lanang ilang kaprawirane--- Laki-laki hilang perwira/kejantanan
46. Akeh wong lanang ora duwe bojo--- Banyak laki-laki tak mau beristri.
47. Akeh wong wadon ora setya marang bojone--- Banyak perempuan ingkar pada suami.
48. Akeh ibu padha ngedol anake--- Banyak ibu menjual anak.
49. Akeh wong wadon ngedol awake--- Banyak perempuan menjual diri.
50. Akeh wong ijol bebojo--- Banyak orang tukar istri/suami.
51. Wong wadon nunggang jaran--- Perempuan menunggang kuda.
52. Wong lanang linggih plangki--- Laki-laki naik tandu.
53. Randha seuang loro--- Dua janda harga seuang (Red.: seuang = 8,5 sen).
54. Prawan seaga lima--- Lima perawan lima picis.
55. Dhudha pincang laku sembilan uang--- Duda pincang laku sembilan uang.
56. Akeh wong ngedol ngelmu--- Banyak orang berdagang ilmu.
57. Akeh wong ngaku-aku--- Banyak orang mengaku diri.
58. Njabane putih njerone dhadhu--- Di luar putih di dalam jingga.
59. Ngakune suci, nanging sucine palsu--- Mengaku suci, tapi palsu belaka.
60. Akeh bujuk akeh lojo--- Banyak tipu banyak muslihat.
61. Akeh udan salah mangsa--- Banyak hujan salah musim.
62. Akeh prawan tuwa--- Banyak perawan tua.
63. Akeh randha nglairake anak--- Banyak janda melahirkan bayi.
64. Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne--- Banyak anak lahir mencari bapaknya.
65. Agama akeh sing nantang--- Agama banyak ditentang.
66. Prikamanungsan saya ilang--- Perikemanusiaan semakin hilang.
67. Omah suci dibenci--- Rumah suci dijauhi.
68. Omah ala saya dipuja--- Rumah maksiat makin dipuja.
69. Wong wadon lacur ing ngendi-endi--- Perempuan lacur dimana-mana.
70. Akeh laknat--- Banyak kutukan
71. Akeh pengkianat--- Banyak pengkhianat.
72. Anak mangan bapak---Anak makan bapak.
73. Sedulur mangan sedulur---Saudara makan saudara.
74. Kanca dadi mungsuh---Kawan menjadi lawan.
75. Guru disatru---Guru dimusuhi.
76. Tangga padha curiga---Tetangga saling curiga.
77. Kana-kene saya angkara murka --- Angkara murka semakin menjadi-jadi.
78. Sing weruh kebubuhan---Barangsiapa tahu terkena beban.
79. Sing ora weruh ketutuh---Sedang yang tak tahu disalahkan.
80. Besuk yen ana peperangan---Kelak jika terjadi perang.
81. Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor---Datang dari timur, barat, selatan, dan utara.
82. Akeh wong becik saya sengsara--- Banyak orang baik makin sengsara.
83. Wong jahat saya seneng--- Sedang yang jahat makin bahagia.
84. Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul--- Ketika itu burung gagak dibilang bangau.
85. Wong salah dianggep bener---Orang salah dipandang benar.
86. Pengkhianat nikmat---Pengkhianat nikmat.
87. Durjana saya sempurna--- Durjana semakin sempurna.
88. Wong jahat munggah pangkat--- Orang jahat naik pangkat.
89. Wong lugu kebelenggu--- Orang yang lugu dibelenggu.
90. Wong mulya dikunjara--- Orang yang mulia dipenjara.
91. Sing curang garang--- Yang curang berkuasa.
92. Sing jujur kojur--- Yang jujur sengsara.
93. Pedagang akeh sing keplarang--- Pedagang banyak yang tenggelam.
94. Wong main akeh sing ndadi---Penjudi banyak merajalela.
95. Akeh barang haram---Banyak barang haram.
96. Akeh anak haram---Banyak anak haram.
97. Wong wadon nglamar wong lanang---Perempuan melamar laki-laki.
98. Wong lanang ngasorake drajate dhewe---Laki-laki memperhina derajat sendiri.
99. Akeh barang-barang mlebu luang---Banyak barang terbuang-buang.
100. Akeh wong kaliren lan wuda---Banyak orang lapar dan telanjang.
101. Wong tuku ngglenik sing dodol---Pembeli membujuk penjual.
102. Sing dodol akal okol---Si penjual bermain siasat.
103. Wong golek pangan kaya gabah diinteri---Mencari rizki ibarat gabah ditampi.
104. Sing kebat kliwat---Yang tangkas lepas.
105. Sing telah sambat---Yang terlanjur menggerutu.
106. Sing gedhe kesasar---Yang besar tersasar.
107. Sing cilik kepleset---Yang kecil terpeleset.
108. Sing anggak ketunggak---Yang congkak terbentur.
109. Sing wedi mati---Yang takut mati.
110. Sing nekat mbrekat---Yang nekat mendapat berkat.
111. Sing jerih ketindhih---Yang hati kecil tertindih
112. Sing ngawur makmur---Yang ngawur makmur
113. Sing ngati-ati ngrintih---Yang berhati-hati merintih.
114. Sing ngedan keduman---Yang main gila menerima bagian.
115. Sing waras nggagas---Yang sehat pikiran berpikir.
116. Wong tani ditaleni---Orang (yang) bertani diikat.
117. Wong dora ura-ura---Orang (yang) bohong berdendang.
118. Ratu ora netepi janji, musna panguwasane---Raja ingkar janji, hilang wibawanya.
119. Bupati dadi rakyat---Pegawai tinggi menjadi rakyat.
120. Wong cilik dadi priyayi---Rakyat kecil jadi priyayi.
121. Sing mendele dadi gedhe---Yang curang jadi besar.
122. Sing jujur kojur---Yang jujur celaka.
123. Akeh omah ing ndhuwur jaran---Banyak rumah di punggung kuda.
124. Wong mangan wong---Orang makan sesamanya.
125. Anak lali bapak---Anak lupa bapa.
126. Wong tuwa lali tuwane---Orang tua lupa ketuaan mereka.
127. Pedagang adol barang saya laris---Jualan pedagang semakin laris.
128. Bandhane saya ludhes---Namun harta mereka makin habis.
129. Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan---Banyak orang mati lapar di samping makanan.
130. Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara---Banyak orang berharta tapi hidup sengsara.
131. Sing edan bisa dandan---Yang gila bisa bersolek.
132. Sing bengkong bisa nggalang gedhong---Si bengkok membangun mahligai.
133. Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil---Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.
134. Ana peperangan ing njero---Terjadi perang di dalam.
135. Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham---Terjadi karena para pembesar banyak salah faham.
136. Durjana saya ngambra-ambra---Kejahatan makin merajalela.
137. Penjahat saya tambah---Penjahat makin banyak.
138. Wong apik saya sengsara---Yang baik makin sengsara.
139. Akeh wong mati jalaran saka peperangan---Banyak orang mati karena perang.
140. Kebingungan lan kobongan---Karena bingung dan kebakaran.
141. Wong bener saya thenger-thenger---Si benar makin tertegun.
142. Wong salah saya bungah-bungah---Si salah makin sorak sorai.
143. Akeh bandha musna ora karuan lungane---Banyak harta hilang entah ke mana
144. Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe---Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa.
145. Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram---Banyak barang haram, banyak anak haram.
146. Bejane sing lali, bejane sing eling---Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar.
147. Nanging sauntung-untunge sing lali---Tapi betapapun beruntung si lupa.
148. Isih untung sing waspada---Masih lebih beruntung si waspada.
149. Angkara murka saya ndadi---Angkara murka semakin menjadi.
150. Kana-kene saya bingung---Di sana-sini makin bingung.
151. Pedagang akeh alangane---Pedagang banyak rintangan.
152. Akeh buruh nantang juragan---Banyak buruh melawan majikan.
153. Juragan dadi umpan---Majikan menjadi umpan.
154. Sing suwarane seru oleh pengaruh---Yang bersuara tinggi mendapat pengaruh.
155. Wong pinter diingar-ingar---Si pandai direcoki.
156. Wong ala diuja---Si jahat dimanjakan.
157. Wong ngerti mangan ati---Orang yang mengerti makan hati.
158. Bandha dadi memala---Hartabenda menjadi penyakit
159. Pangkat dadi pemikat---Pangkat menjadi pemukau.
160. Sing sawenang-wenang rumangsa menang --- Yang sewenang-wenang merasa menang
161. Sing ngalah rumangsa kabeh salah---Yang mengalah merasa serba salah.
162. Ana Bupati saka wong sing asor imane---Ada raja berasal orang beriman rendah.
163. Patihe kepala judhi---Maha menterinya benggol judi.
164. Wong sing atine suci dibenci---Yang berhati suci dibenci.
165. Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat---Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa.
166. Pemerasan saya ndadra---Pemerasan merajalela.
167. Maling lungguh wetenge mblenduk --- Pencuri duduk berperut gendut.
168. Pitik angrem saduwure pikulan---Ayam mengeram di atas pikulan.
169. Maling wani nantang sing duwe omah---Pencuri menantang si empunya rumah.
170. Begal pada ndhugal---Penyamun semakin kurang ajar.
171. Rampok padha keplok-keplok---Perampok semua bersorak-sorai.
172. Wong momong mitenah sing diemong---Si pengasuh memfitnah yang diasuh
173. Wong jaga nyolong sing dijaga---Si penjaga mencuri yang dijaga.
174. Wong njamin njaluk dijamin---Si penjamin minta dijamin.
175. Akeh wong mendem donga---Banyak orang mabuk doa.
176. Kana-kene rebutan unggul---Di mana-mana berebut menang.
177. Angkara murka ngombro-ombro---Angkara murka menjadi-jadi.
178. Agama ditantang---Agama ditantang.
179. Akeh wong angkara murka---Banyak orang angkara murka.
180. Nggedhekake duraka---Membesar-besarkan durhaka.
181. Ukum agama dilanggar---Hukum agama dilanggar.
182. Prikamanungsan di-iles-iles---Perikemanusiaan diinjak-injak.
183. Kasusilan ditinggal---Tata susila diabaikan.
184. Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi---Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.
185. Wong cilik akeh sing kepencil---Rakyat kecil banyak tersingkir.
186. Amarga dadi korbane si jahat sing jajil---Karena menjadi kurban si jahat si laknat.
187. Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit---Lalu datang Raja berpengaruh dan berprajurit.
188. Lan duwe prajurit---Dan punya prajurit.
189. Negarane ambane saprawolon---Lebar negeri seperdelapan dunia.
190. Tukang mangan suap saya ndadra---Pemakan suap semakin merajalela.
191. Wong jahat ditampa---Orang jahat diterima.
192. Wong suci dibenci---Orang suci dibenci.
193. Timah dianggep perak---Timah dianggap perak.
194. Emas diarani tembaga---Emas dibilang tembaga
195. Dandang dikandakake kuntul---Gagak disebut bangau.
196. Wong dosa sentosa---Orang berdosa sentosa.
197. Wong cilik disalahake---Rakyat jelata dipersalahkan.
198. Wong nganggur kesungkur---Si penganggur tersungkur.
199. Wong sregep krungkep---Si tekun terjerembab.
200. Wong nyengit kesengit---Orang busuk hati dibenci.
201. Buruh mangluh---Buruh menangis.
202. Wong sugih krasa wedi---Orang kaya ketakutan.
203. Wong wedi dadi priyayi---Orang takut jadi priyayi.
204. Senenge wong jahat---Berbahagialah si jahat.
205. Susahe wong cilik---Bersusahlah rakyat kecil.
206. Akeh wong dakwa dinakwa---Banyak orang saling tuduh.
207. Tindake manungsa saya kuciwa---Ulah manusia semakin tercela.
208. Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi---Para raja berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.
209. Wong Jawa kari separo---Orang Jawa tinggal setengah.
210. Landa-Cina kari sejodho --- Belanda-Cina tinggal sepasang.
211. Akeh wong ijir, akeh wong cethil---Banyak orang kikir, banyak orang bakhil.
212. Sing eman ora keduman---Si hemat tidak mendapat bagian.
213. Sing keduman ora eman---Yang mendapat bagian tidak berhemat.
214. Akeh wong mbambung---Banyak orang berulah dungu.
215. Akeh wong limbung---Banyak orang limbung.
216. Selot-selote mbesuk wolak-waliking zaman teka---Lambat-laun datanglah kelak terbaliknya zaman.

OMONG DOANG

Aku punya seorang kawan ketika jaman kuliah dahulu, anak ini cerdas dan menjadikan dirinya dapat menyelesaikan kuliah hanya dalam 5 semester plus semester pendek yang selalu rajin diikutinya. Bencinya setengah mati dengan birokrasi pemerintah yang menjurus pada korupsi, baginya semakin rumit birokrasi berarti semakin besar celah untuk terjadinya korupsi. Kalau berbicara tentang bagaimana pemerintah yang ideal kita akan seperti mendengarkan pidato seorang orator ulung didepan rakyatnya. Dan terakhir kudengar dia bekerja di salah satu department di kementerian negara, sampai suatu ketika kubaca namanya tersandung dalam suatu kasus yang sedang digarap oleh KPK (Komite Pemberantasan Korupsi). Bagaimana dari seseorang yang begitu bencinya terhadap tindakan korupsi tetapi kemudian tersandung kasus korupsi, aku tidak pernah tahu, yang jelas hal seperti ini merupakan fenomena yang sering terjadi disekitar kita. Kita pernah mendengar beberapa tahun lalu seorang kriminolog juga akhirnya dipenjara karena tindakan kriminal, seorang alim ulama yang diidolakan para wanita akhirnya melakukan poligami dan kemudian dijauhi oleh jamaahnya yang kebanyakan wanita, bagaimana seorang aktivis pro-reformasi kemudian malah melakukan tindakan anti reformasi ketika sudah duduk dikursi kekuasaan, dan masih banyak lagi contoh kasus lainnya. Jangan kecewa jika seseorang yang kita kenal atau panutan kita akan melakukan hal yang berlawanan dengan pernyataannya sendiri. ‘isuk dele sore dadi tempe’ kalau kata orang jawa (pagi masih kedelai, sore sudah menjadi tempe), bukankah memang lidah tidak bertulang sehingga manusia sering omdo alias omong doang.

Kita sering tidak sadar bahwa terdapat perbedaan antara mengatakan sesuatu dengan melakukan sesuatu padahal yang diperlukan sebenarnya adalah kesadaran kita. Contoh dari yang aku alami : kita (para perokok) tahu bahwa bahaya merokok bisa A – Z dampaknya bagi kesehatan tubuh kita, dan kita kerap mengatakan pada anak kita ketika kita sedang merokok untuk menjauh dari kita karena berbahaya bagi kesehatannya, tetapi kita (para perokok) tetap saja merokok. Sementara yang paling diperlukan adalah justeru kesadaran kita untuk berhenti merokok sama sekali. Jadi ketika kita mengatakan tentang bahaya merokok sementara kita masih melakukannya (merokok) sebenarnya kita masih belum (mau) sadar. Baru nanti setelah mendapat ‘musibah’ setelah mendengar vonis dokter bahwa kita berpotensi sakit jantung atau paru-paru karena merokok maka sadarlah kita untuk berhenti merokok. Biasanya seseorang baru akan tersadar ketika sudah mendapat musibah, nasi sudah menjadi bubur kalau kata pepatah.

Pada saat kita mengatakan paparan ideal, kita sering hanya membayangkan keadaan ideal kita saat itu saja, kita lupa bahwa keadaan berubah tiap waktu dan manusia pun berubah karena waktu. Kasus kawanku di awal tulisan tadi sudah menjadi contoh, ketika dia berbicara mengenai bagaimana buruknya tindakan korupsi sebenarnya dia hanya berteori saja karena kawan ini belum merasakan bagaimana rasa korupsi tersebut dan ketika korupsi dirasakannya ternyata ‘lezatnya’, maka dicicipinya dan bahkan dijadikan kudapan utamanya. Dan ketika kelezatan korupsi berakibat harus berhadapan dengan KPK maka baru tersadarlah kawan ini, kembali nasi sudah menjadi bubur.

Kita sering merasa sudah cukup berbuat baik pada saat kita mengucapkannya saja sementara kita (sebetulnya) belum melakukan apapun seperti ucapan kita. Ketika kita melihat ada rekan kita melakukan selingkuh dan kemudian kita menasehatinya bukan berarti kita disuatu saat tidak akan melakukan perselingkuhan yang serupa. Kita ini manusia yang cenderung dekat dengan keduniawian dimana kita bisa melakukan hal yang lebih buruk dari sekedar nasehat kita. Jangan pernah menyatakan nasehat tentang kebaikan atau keburukan akan suatu hal jika kita belum pernah mengalaminya karena hal tersebut hanya merupakan teori belaka.

Pernahkan kita rasakan bahwa sesungguhnya semakin kita membenci sesuatu maka diam-diam jauh didalam lubuk hati kita sebenarnya kita juga menginginkan hal/perbuatan yang kita benci tersebut? Ketika kita membenci korupsi sebenarnya kita juga menginginkan melakukan korupsi tersebut, hanya tinggal menunggu waktu dan kesempatannya. Ketika kita memandang miring tentang suatu perselingkuhan atau poligami sebenarnya jauh didalam lubuk hati juga ada sebersit pertanyaan ‘gimana sih rasanya mendua’. Ketika kita melihat korban narkoba kita kerap terlintas pertanyaan ‘apa sih enaknya narkoba’.

Kembali lagi, dari semua itu yang paling kita perlukan adalah K E S A D A R A N kita dalam memandang dan menghadapi suatu permasalahan. Dengan kesadaraan, Insya Allah kita akan menjadi lebih jernih dalam menilai apa yang terjadi disekitar kita.Dengan kesadaran akan timbul rasa takut kita untuk melakukan suatu hal yang sekiranya bertentangan dengan norma Agama dan Sosial. Dan dengan kesadaran rasanya tulisan ini aku selesaikan sampai disini karena aku tidak mau dicap omong doang ketika kalian melihatku kelak tidak sesuai dengan tulisanku. :)

Salam kesadaran.
kutisari 28.07.2009

AYAH KU PAHLAWAN KU


Dengan Menyebut Nama Allah, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Entah mengapa tiba-tiba berkelebat segala kenanganku tentang Almarhum Ayahku (semoga Allah melapangkan kuburnya). Beliau yang berasal dari kota Tegal di Jawa Tengah merantau ke Surabaya dan akhirnya bertemu dengan Ibuku yang berasal dari Jenar (sebuah desa didaerah Purworejo-Jawa Tengah). Almarhum ayahku adalah anak bungsu sedangkan ibuku adalah anak sulung. Dari cerita-cerita om dan tanteku (adik-adik ibuku), ayahku sepertinya pemuda dengan banyak akal kala itu, ketika mereka sedang berpacaran. Om ku bercerita, karena almarhum kakekku (orang tua ibuku – semoga Allah melapangkan kuburnya) adalah seorang angkatan laut maka terdapat pembatasan jam berkunjung bagi ayahku saat malam minggu, saat jam menunjukkan pukul 21.00 maka ayahku harus pamit, tetapi ketika itu setiap kali berkunjung, ayahku diam-diam akan mengambil jam dinding di ruang tamu kakekku (kala itu jam hanya ada satu di setiap rumah) dan memundurkan waktunya satu jam lebih lama sehingga ketika ayahku berpamitan pada jam 21.00, sebenarnya sudah jam 22.00. Sementara tanteku bercerita, supaya saat berkunjungnya ayahku kerumah kakekku tidak diganggu oleh adik-adik ibuku yang kala itu masih kecil-kecil maka ayahku akan memanggil adik-adik ibuku dan menyuruh mereka untuk membeli rujak dengan pesanan yang satu pakai cabe dua setengah, yang satu cabe tiga, yang satu tidak pake nanas, yang satu tidak pakai timun, dan lain sebagainya yang cukup membingungkan bagi anak kecil untuk mengingatnya. Walhasil, malam minggu mereka berlangsung tenang tanpa gangguan adik-adik ibuku disekitarnya.

Sosok ayahku adalah tinggi besar dengan kulit gelap dan rambut ikal, hal ini menyebabkan beberapa temanku mengira ayahku berasal dari Indonesia Timur. Beliau perokok berat dan baru berhenti ketika ginjalnya diangkat satu. Ayahku sosok yang sangat berwibawa bagi anak-anaknya (bahkan ditakuti), jika anak-anaknya ribut dirumah, beliau cukup berdehem saja, maka kami anak-anaknya akan langsung diam teratur. Aku adalah anak bungsu dari 5 (lima) bersaudara dan kami berlima dilahirkan di Surabaya. Beberapa yang dapat kuingat : ketika aku mulai belajar berjalan, ketika itu ayahku sedang dinas keluar kota dan ibuku dengan kakak perempuanku mengajariku berjalan sendiri. Dan ketika ayahku pulang dari tugasnya, aku dibiarkan berjalan menyambut kedatangan ayahku di teras rumah di Surabaya. Dan kebiasaan menyambut kedatangan ayahku dari kantor diteras rumah ketika sore hari juga kulakukan ketika aku di Semarang antara 1974 – 1977. Aku juga masih ingat ketika beliau membawakan mainan seekor ayam yang bisa berbunyi petok-petok dan mengeluarkan telur ketika beliau pulang naik haji ketika aku masih sangat kecil. Ayahku sangat terpukul ketika abangku yang nomer 3 (tiga) meninggal dunia karena terkena gigitan ular laut di pantai didaerah pemalang atau pekalongan (?). Saat itu tahun 1977 dan aku baru berumur 5 (lima) tahun, almarhum abangku (semoga Allah melapangkan kuburnya) ketika itu sedang berlibur dirumah pamanku dan diajak berwisata ke pantai dan ketika sedang bermain dipantai itulah tangannya digigit seekor ulat laut yang berada dipantai. Aku melihat bagaimana ketika ayahku sampai ke rumah pamanku dan melihat anakknya telah terbujur kaku kemudian melampiaskan emosinya dengan memukul pintu rumah dan mengakibatkan pegangan/handlenya jebol seketika. Tidak lama setelah kematian abangku, ayahku pindah dinas ke biak-irian jaya (sekitar 1977). Ayahku adalah penggemar burung, beliau senang memelihara berbagai jenis burung (cucak rawa, nuri, kutilang, kakaktua, jalak, dsbnya). Ketika di Biak kala itu ayahku masih punya senapan berburu dan suatu ketika seekor kakak tua peliharaan ayahku tiba-tiba menggigit jarinya saat diberi makan maka spontan ayahku mengambil senapannya dan menembak mati burung kakak tua tersebut. Meskipun ayahku terlihat galak dan sibuk dengan pekerjaannya tetapi beliau tetap mengajak kami anak-anaknya untuk bepergian bersama, ketika di Biak kami kerap diajak piknik, yang aku masih ingat adalah kepantai bosnit (?) dan gua jepang.

Kemudian ayah dipindah tugas lagi ke Makassar, disana pun kami kerap bepergian, salah satunya yang aku masih ingat adalah ke Bantimurung. Ketika di Makassar aku masih kelas 1 (satu) SD dan aku ingat ketika itu musim skateboard maka tak lupa pula ayahku membelikan skateboard, selain itu kalau tidak salah di hari ulang tahunku ayahku membelikanku sebuah drum set untuk anak-anak.
Setelah itu ayahku pindah tugas ke Jakarta, kami tinggal di komplek perumahan Garuda Indonesia di Muara Karang – Jakarta Utara. Karena ayahku penggemar olah raga tinju (beliau menyukai gaya bertinju Muhammad Ali dan Mike Tyson) maka akupun diajarinya teknik bertinju sambil memakai sarung tinju yang dibelikannya. Apa itu hook, uppercut sudah diajarkan padaku sejak kecil. Ayahku mengajari untuk memilih memukul perut, dagu, atau muka jika menghadapi lawan. Walhasil kala itu aku pernah berkelahi dan meninju muka lawanku sampai hidungnya berdarah-darah dan aku langsung lari pulang dan ketika ayahku tahu kejadian tersebut, beliau cuma tersenyum saja. Pada saat aku berulang tahun (kalau tidak salah ketika kelas 2 (dua) SD) aku diberi hadiah buku “Dongeng sang Angsa” dengan tulisan selamat ulang tahun dan tanda tangan ayahku di sampulnya, sayang buku tersebut sudah tidak dapat aku temukan lagi. Karena aku suka membaca dari kecil, ayahku tidak sungkan untuk membelikanku buku-buku cerita, mulai dari kisah-kisah ciptaan HC Andersen, RA Kosasih, SH Mintaradja, dsbnya. Saking banyaknya bukuku kala itu sampai aku sewakan ke teman-temanku, satu buku dibaca sampai selesai cuma Rp. 25,- saja ongkos sewanya. Lumayan untuk menambah uang jajan. Ketika SD diJakarta aku pernah rame-rame dengan teman sebaya menonton film porno di rumah temanku yang punya video player, dan entah bagaimana orang tua kami mengetahuinya juga, hasilnya masing-masing di marahi oleh orang tuanya, termasuk aku yang di marahi oleh ayahku habis-habisan, tetapi yang aku salut, aku tidak pernah dimarahi dengan tangan atau penggaris oleh ayahku sejak dulu, berbeda dengan teman-temanku. Oleh sebab itu akupun tidak akan mau (Insya Allah) memukul kedua anakku jika mereka berbuat salah atau nakal.

Ketika aku naik kelas 6 (enam) SD, ayahku pindah tugas ke Medan, di sana pun kami kerap ke Brastagi, Danau Toba, Pulau Samosir. Aku ingat ketika ke Brastagi, aku melihat penjual anak anjing dan aku dikabulkan untuk membeli dan memeliharanya meskipun kami keluarga Muslim, anjing itu aku beri nama Bruno dan seekor anjing yang sangat setia karena Bruno akan menungguku di pintu gerbang rumah pada jam aku pulang sekolah dan akan dengan sabar menungguku selesai makan siang untuk kemudian aku ajak bermain-main di halaman rumah yang sangat luas kala itu (karena rumah yang kami tempati adalah rumah jaman belanda di jalan sultan iskandar muda no. 47, Medan). Sayangnya Bruno akhirnya mati karena terlindas mobil yang lewat di jalan depan rumah dan sejak itu aku tidak mau memelihara anjing lagi. Ayahku diam-diam juga seorang pemahat yang handal, waktu luangnya di Medan suka dihabiskannya dengan memahat kayu dari pohon yang telah mati di halaman rumah untuk kemudian dijadikannya patung, selain itu beliau juga penyuka fotografi. Beliau suka memphoto keluarga dan dengan rapi menyimpannya di album photo (sampai sekarang aku masih mempunyai koleksi photo ku dari aku bayi sampai dewasa).

Naik kelas 3 (tiga) SMP, ayahku dipindah tugas ke Jakarta lagi, dan kami tinggal di komplek yang sama. Ketika SMP, setiap pagi ayahku akan mengantar aku kesekolah terlebih dahulu sebelum pergi kekantornya di bandara Soekarno Hatta. Padahal sekolahku di Jakarta Barat dan berarti beliau harus mutar balik lagi untuk menuju kantornya. Pernah suatu malam aku diajak ayahku untuk kekantornya untuk mengambil pekerjaannya yang tertinggal dan saat melewati jalan tol menuju bandara (yang ketika itu masih sangat sepi), tiba-tiba aku berteriak sambil bertanya karena melihat “sesuatu” melintas disamping mobil yang kami kendarai dari arah depan. Dan dengan tenang ayahku cuma tersenyum dan berkata itu bukan apa-apa sampai kemudian setelah dewasa aku menyadari yang aku lihat itu adalah kuntilanak yang terbang melintas.

Kemudian ayahku dipindah tugas lagi ke Pontianak, ketika itu aku lulus SMP dan kemudian melanjutkan SMA ku di sana. Di Pontianak karena aku memasuki masa remaja maka aku merasakan tidak begitu dekat dengan beliau, mungkin karena masa-masa itu sifat pemberontak seorang remaja mulai muncul. Tetapi meskipun begitu ketika aku meminta dibelikan model motor yang paling baru keluar (ketika itu Yamaha RX-Z baru di release nasional), akupun dibelikannya, walhasil akulah pertama kali murid sekolah satu SMA tersebut yang pertama kali memakai motor tersebut. Pernah ketika SMA aku diam-diam memakai mobil ayahku tanpa ijin dan mengakibatkan lampu belakangnya pecah karena aku mundur menabrak pohon, dan aku diam saja tidak mengakuinya, dan berakibat supir ayahku yang bernama pak Supri dimarahin oleh ayahku. (maafkan saya ya, Pak Supri). Rupanya diam-diam ayahku selalu mengetahui sepak terjangku disekolah, melalui guru-guru disekolahku, karena ketika itu beberapa guru jika akan bepergian naik pesawat akan menghubungi ayahku untuk mendapat discount. Itu sebabnya ayahku selalu tahu jika aku berantem disekolah, membolos, atau nilai ulanganku jelek. Aku yakin beliau juga tahu kebohonganku ketika aku rame-rame mengajak teman-teman sekelas untuk membolos dan berkumpul dirumah, sementara dirumah aku beralasan bahwa guru-guru rapat jadi kami dipulangkan (khan semua teman-temanku ikut kerumah). Ketika SMA aku tertarik dunia DJ (disc Jockey), dan ayahku pun membelikan seperangkat turntable merk technics serta mixer merk numarx – standar perlengkapan DJ kala itu, dan aku juga disuruh belajar DJ dengan mas emonk (dimana dia sekarang ya?) melalui pemilik sebuah hotel dan diskotik dikota Pontianak yang teman ayahku. Ketertarikanku yang kudapat dari ayahku adalah dunia Photography dan Video shooting, ketika itu ayahku mengajariku bagaimana memotret dan menshoot video sebuah acara, dan akhirnya setiap ada acara di kantor ayahku ataupun di sekolah, aku selalu membawa peralatan tersebut. Ketertarikanku pada dunia sinematografi (photo&video) semakin menjadi-jadi yang mengakibatkan aku berkeinginan untuk melanjutkan kuliah kelak di IKJ (institut kesenian jakarta) untuk memperdalam sinematografi, tetapi niat ini tidak direstui oleh ayahku, yang berakibat aku pergi ke yogyakarta dengan penuh kekecewaan dan akhirnya kuliah di universitas atmajaya di fakultas hukum (1991), tetapi kemudian ketika ISI (institut seni indonesia) pada tahun 1994 membuka fakultas baru dengan nama FSMR (fakultas seni media rekam) dengan 2 (dua) jurusan kala itu yaitu Photography serta Televisi, aku nekad mendaftar dan diterima di jurusan Photography. Baru ketika sudah diterima aku lapor ke ayahku bahwa aku sekarang kuliah di 2 (dua) tempat, dan beliau setuju saja. Ayahku kala itu tidak suka rambutku gondrong dengan 4 (empat) anting-anting ditelinga kiri dan 3 (tiga) anting-anting ditelinga kanan. Karena kedua abangku saat kuliah tidak ada yang berpenampilan seperti itu. Hasilnya setiap kali aku pulang liburan kuliah selalu tidak disapa oleh beliau dirumah. Meskipun aku sejak SMA sudah mengenal rokok tetapi sampai kuliahpun aku belum berani merokok didepan ayahku, dan ketika kakak perempuanku menikah di pontianak, kala itu ketika membantu mempersiapkan segala sesuatunya tiba-tiba ayahku mempersilahkan aku jika aku mau merokok didepannya, sebuah kejutan bagiku. Dan akhirnya aku mulai menunjukkan bahwa aku perokok sementara kedua abangku dari dulu sampai sekarang tidak ada yang merokok.
Ketika ayahku kemudian pensiun ditahun 1995, beliau memutuskan menghabiskan masa pensiunnya di kota Tegal bersama ibuku. Dan aku kerap pulang ke Tegal karena jarak Jogja – Tegal hanya sekitar 4-5 jam perjalanan mobil. Peristiwa yang tidak akan pernah aku lupakan adalah ketika suatu saat di blan July 1995 aku pulang ke Tegal dan bertemu beliau, ayahku terlihat sangat akrab denganku, kami seperti dua orang sahabat bukan ayah-anak, bahkan ketika berjalan bersama pun beliau melingkarkan tangannya ke bahuku sambil bercerita dan tertawa-tawa. Sampai pada saat pulang ke jogja bersama kakak angkatku almarhum mas Supran (semoga Allah melapangkan kuburnya), aku bahkan mengucapkan keherananku atas kelakuan dan sikap ayahku yang sangat-sangat akrab tidak seperti biasanya kepada mas Supran. Dan tepat 2 (dua) minggu kemudian di Jogja pada tanggal 11 July 1995 aku mendapat telphone yang mengabarkan bahwa Ayahku meninggal dunia secara mendadak karena serangan jantung selepas beliau makan siang. Setelah mendapat khabar tersebut aku menangis sejadi-jadinya dan seingatku itulah tangisku terhebat yang pernah aku alami sampai saat ini.

Selama perjalanan hidup ini, ada beberapa petuah ayahku yang masih terngiang ditelingaku :
- Jangan pernah takut untuk mencoba suatu hal yang baru dalam hidup untuk kehidupanmu kelak.
- Jadilah laki-laki yang bertanggung jawab dalam menafkahi keluargamu kelak, berilah anak-istrimu kelak dari rejeki yang halal.
- Jangan pernah main tangan terhadap istrimu kelak, karena sekali engkau melakukannya maka seterusnya engkau akan ringan tangan.
- Carilah teman sebanyak-banyaknya.
- Tidak mempercayai akan suatu hal sebelum membuktikannya sendiri.
Sepertinya itu semua yang berhasil aku ingat tentang ayahku. Ya Allah, ampunilah segala kesalahan beliau selama hidup didunia baik yang disengaja maupun tidak, Ya Allah terimalah segala amal ibadah beliau sekecil apapun selama didunia ini, Ya Allah lapangkanlah kuburnya serta jauhkanlah beliau dari siksa kubur dan siksa api neraka kelak, Ya Allah berilah beliau Syurgamu kelak. Amin Ya Robbal Allamin.

(lega rasanya sudah menuangkan segala kenangan akan almarhum ayahku, meskipun masih sangat-sangat banyak kenangan yang belum berhasil aku ingat saat ini).