Sabtu, 25 Juli 2009

N E T W O R K I N G

seorang sahabat baru saja bercerita kepada saya mengenai rekan kantornya beda department tetapi satu holding company, dimana rekannya tersebut mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis : menggantung dirinya. Orang tersebut mengambil jalan pintas karena diduga depresi berat setelah departmentnya ditutup dan terkena PHK.

Seorang sahabat juga pernah bercerita kepada saya mengenai pengalaman pribadinya, bagaimana karirnya yang sudah sangat mapan disebuah perusahaan kredit barang-barang elektronik terkenal yang kemudian memutuskan untuk membuat usaha sejenis karena mendapat sokongan dari temannya, tetapi apa lacur ternyata usaha yang sebelumnya dijanjikan sokongan tersebut ternyata tidak mendapat bantuan dari pihak bank, sementara sahabat ini sudah terlanjur mengundurkan diri.

Seorang sahabat juga pernah curhat kepada saya tentang bagaimana dia difitnah oleh rekan kantornya sehingga dia harus menandatangani surat pengunduran diri dan hanya mendapat pesangon satu bulan gaji saja. Bagaimana sahabat ini selama beberapa hari tidak berani menceritakan keadaannya kepada istrinya dan setiap hari dia tetap pergi seolah-olah kekantor padahal akhirnya seharian berdiam diri di masjid Istiqlal.

Seorang sahabat yang lain juga bercerita kepada saya bagaimana dia ditipu oleh bawahannya sehingga usahanya nyaris mengalami kebangkrutan, dan terpaksa harus menutup 2 (dua) dari 4 (empat) kantor cabangnya dan saat ini sedang bergiat lagi untuk memulai usahanya tersebut dengan merangkak dari bawah lagi.

Dari 4 (empat) cerita diatas, jika diambil garis besar penyelesaiannya terdapat beberapa hal, salah satunya adalah networking. Kita sebagai manusia memerlukan networking atau dengan kata lain jejaring sosial. Pertolongan yang timbul sebagian besar dengan memanfaatkan networking atau jejaring sosial tersebut. Tanpa networking maka jalan pintas mengakhiri hidup (seperti cerita pertama) adalah pilihan utama karena dirinya sudah merasa ‘habis’ hidupnya dengan di PHK, sementara umur sudah melewati ambang penerimaan karyawan baru dan tanpa networking dia merasa ‘sendirian’ ditengah penderitaannya. Sedangkan sahabat pada cerita ke 2 (dua) saat ini Alhamdulillah sudah merasakan omzet dihitungan Milyar karena dia berhasil memanfaatkan networkingnya, jadi ketika sokongan dari pihak bank hanya isapan jempol belaka, sahabat ini memanfaatkan networkingnya pada beberapa vendor merk terkenal laptop dan menjalankan usaha kredit di bidang laptop. Dan dengan bersusah payah sahabat ini akhirnya berhasil saat ini. Sementara sahabat pada cerita ke 3 (tiga) menceritakan pada saya bahwa selama beberapa hari berkantor di masjid Istiqlal, akhirnya dia teringat akan beberapa teman-temannya yang kemudian dihubunginya satu persatu dan Alhamdulillah saat ini sahabat tersebut dipercaya untuk menjadi pimpinan cabang di tempatnya bekerja. Dan cerita sahabat ke 4 (empat) ketika usahanya mengalami kebangkrutan karena ditipu bawahannya, hal pertama yang dilakukannya adalah mengambil kembali kepercayaan customernya yang notabene adalah networkingnya. Sehingga sampai saat ini perusahaannya masih tetap berjalan dan saat ini telah mulai membuka kembali kantor cabang yang tadinya terpaksa ditutup sebelumnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa networking merupakan salah satu asset kita dalam menjalani hidup ini. Jangan pernah memandang rendah seseorang hanya karena status sosialnya karena kita tidak pernah tahu jika suatu saat orang tersebutlah yang akan bersedia menolong kita karena merupakan networking kita. Bagi saya sendiri, networking harus dibangun tidak hanya pada ruang lingkup kita saja tetapi pada semua strata sosial maupun ruang lingkup yang sama sekali berbeda dengan kita. Oleh karena itu marilah kita memulai memperkenalkan diri jika berada dalam suatu pertemuan atau perkumpulan, jangan pernah sungkan atau ragu untuk memulai menyapa, ikutilah berbagai perkumpulan mulai dari perkumpulan di kampung, pengajian, gereja, olahraga, dan sebagainya. Karena dengan memulai memberanikan diri menyapa atau memperkenalkan diri terlebih dahulu menjadikan kita pribadi yang akan di ingat oleh orang lain yang tentunya juga berdampak bagi networking kita.

Saat ini terdapat banyak kemudahan dalam ber networking ria, sebuta saja : mailing list, friendster, facebook, twitter, multiply, dan lain sebagainya. Maka manfaatkanlah jejaring sosial online tersebut sebaik-baiknya.

selamat ber-networking.

BERSYUKUR KETIKA MENGELUH

Dalam suatu acara makan malam di suatu tempat hangout di Surabaya, berkumpulah saya beserta teman-teman. Setelah menikmati makanan akhirnya kita ngobrol tentang banyak hal, mulai dari pekerjaan, nggosipin temen yang lain, tentang mobil, motor, kota surabaya ini, dan sebagainya. Tetapi dari semua obrolan tersebut yang menggelitik saya adalah bahwa banyak diantara teman-teman ini yang mengeluh.
mulai dari mengeluh soal pertemanan :
" wah, si Badu sekarang mulai sombong ya, susah diajak untuk ikutan ngumpul-ngumpul lagi"
soal kendaraan :
" kenapa ya, mobil ku akhir-akhir ini suka ngadat padahal rutin aku servis "
soal kota surabaya :
" Gendheng yo, sekarang kok aku sering kena macet kalau lewat TP "
dan yang paling banyak keluhan adalah soal pekerjaan :
" Jangkrik, kerjaan dikantorku kayaknya gak ada habisnya "
" walah, sekarang aku gak bisa pulang on time lagi "
" Boss ku makin aneh deh, semua instruksinya udah aku kerjain tapi tetep aja salah dimatanya"
" Anak buahku nggapleii semua, masak aku sampai harus turun tangan untuk urusan itu "
dan sebagainya

Yang menarik dari keluhan tersebut adalah masing-masing seperti berlomba-lomba untuk memamerkan berbagai keluhan yang dimilikinya, masing-masing berlomba-lomba untuk mempunyai paling banyak keluhan. Kemudian timbul pertanyaan, kenapa manusia mengeluh? Manusia mengeluh (menurut saya) adalah karena berada pada situasi dimana manusia tersebut merasa kecewa bahwa apa yang di inginkannya tidak sesuai dengan kehendaknya. Padahal kalo ditelaah, hal yang paling asyik bagi kita untuk menghindari agar tidak mengeluh adalah senantiasa bersyukur terhadap apa yang sudah kita dapat dan nikmati saat ini dan berfikir positif. Dengan bersyukur kita akan (Insya Allah) mendapat jalan keluarnya.
Misal :
* si Badu yang tidak pernah ngumpul-ngumpul lagi, dengan bersyukur & berpikir positif kita mungkin akhirnya bisa tahu bahwa ternyata si Badu jarang ngumpul karena kesibukan dikantor dimana si Badu akan mendapat promosi jabatan, jadi wajar saja dia jarang ikutan ngumpul.Dan kita masih bisa bersyukur masih bisa punya waktu untuk berkumpul dengan teman-teman.
* mobil yang suka ngadat, dengan bersyukur kita akan mendapatkan hikmahnya bahwa sebenarnya masih banyak orang yang tidak punya mobil jadi harus berpanas ria naik angkot, sementara mobil yang suka ngadat khan bisa dicoba untuk dipikirkan untuk diganti (jika ada dananya) atau mencoba mencari alternatif bengkel lain.
* jalanan yang macet, dengan bersyukur setidaknya kita bisa tahu bahwa aktifitas roda ekonomi masih berputar yang mengakibatkan di jalan tersebut menjadi macet, sementara jika di Surabaya kita bisa melaporkan ke suatu radio yang selalu live update tentang kondisi kota Surabaya dan jika terjadi kemacetan parah maka pihak radio tersebut akan menghubungi Polisi yang bertugas di tempat tersebut untuk mengurai kemacetan tersebut.
* tentang keluhan-keluhan pekerjaan di kantor, semestinya kita sangat-sangat bersyukur bahwa diluar sana banyak yang terkena PHK ataupun yang masih belum dapat pekerjaan sama sekali sejak lulus kuliah.

Jadi sobat, jika kita mendapati diri berada diantara teman-teman yang memamerkan keluhannya, paling tidak kita ingat :
- senantiasa bersyukur atas apa yang kita dapat saat ini.
- selalu berpikir positif karena dari setiap kejadian ada hikmahnya.
dan satu lagi : jangan ikut-ikutan mengeluh.

salam.
juanda 14juli 2009

IA INGIN MATANG SEBAGAI MANUSIA DENGAN BERGURU PADA KETAULADANAN & KEHIDUPAN

jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki

jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi

jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri

jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri

jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia akan belajar menahan diri

jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri

jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia akan belajar keadilan

jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

teks asli oleh Dorothy Law Nolte

Minggu, 05 Juli 2009

KEMASAN

Suatu ketika seorang sahabat yang baru pulang dari negara amerika membawakan saya oleh-oleh berupa cookies, kue kering berwarna dan berasa coklat yang identik dengan peradaban amerika. Dan suatu hari saya meminta oleh-oleh dari seorang sahabat yang pulang dari berlibur dari Yogyakarta berupa panganan khas geplak, makanan kecil yang terbuat dari kelapa dikeringkan kemudian diberi gula dan diberi warna-warni hijau, kuning, coklat, kuning, dan putih. Persamaan dari kedua jenis makanan tersebut adalah sama-sama makanan kecil untuk kudapan. Yang membedakan selain bahan dasarnya berbeda adalah kemasannya. Cookies dari amerika tersebut dikemas dalam kotak nan cantik dan diberi pita berwarna biru dan merah (warna khas amerika), ketika menerima kotak cookies tersebut rasanya sayang untuk membukanya karena kotaknya nan bagus, ketika dibukapun timbul rasa yang sama untuk memakannya walaupun menurut saya rasanya hanya sebagaimana layaknya cookies. Walhasil cookies yang berisi 24 buah tersebut akhirnya habis dalam 24 hari karena hanya sehari sekali dimakan sebagai teman minum teh ketika sore. Sedangkan geplak dari Yogyakarta hanya dibungkus dalam kantong plastik biasa, tetapi meskipun begitu bagi saya rasa geplak sangatlah mengena karena merupakan makanan tradisional asli Indonesia dan juga geplak dalam satu plastik tersebut akhirnya ludes hanya dalam waktu 2 hari.

Kedua hal tersebut jika diibaratkan kepemimpinan adalah dua hal yang sangat berbeda, Pemimpin tipe geplak walaupun memihak dan mengerti lidah rakyatnya yang notabene tahu akan kemauan rakyat, akhirnya hanya akan berlalu begitu saja. Sedangkan pemimpin tipe cookies adalah tipe pemimpin yang hanya fokus pada penampilannya saja dimana pencitraan dirinya (atau kelompoknya) adalah selalu nomor satu. Tidak peduli bagaimana cara kepemimpinannya maupun hasil akhirnya apakah berguna bagi rakyat atau tidak, yang penting tampilannya selalu nomor wahid. Maka diam-diam dibuatlah garda-garda pendukungnya, dibuatlah lembaga-lembaga survey yang akan (dan hanya) menilai kebaikan serta dukungan yang diperolehnya, diadakanlah kegiatan-kegiatan sosial yang akan meningkatkan pencitraan mereka dimata rakyat. Yayasan-yayasan donasi serta kegiatan filantropis kerap didengungkan, slogan cinta tanah air dan nasionalisme selalu didendangkan dihadapan rakyat padahal hal-hal tersebut hanya merupakan kemasan mereka saja untuk (barangkali) menutupi kecurangan-kecurangan publik yang dilakukannya serta manipulasi kepemimpinanya. Segala bentuk manifesto pro rakyat jika ditelaah lebih lanjut ternyata lebih pro pada rakyat negara lain akibat dari kebijakan membuka kran penanaman modal asing yang hampir tidak dibatasi sama sekali. Pemimpin seperti ini pada akhirnya melupakan substansinya sebagai seorang pemimpin yang seharusnya memperhatikan kesejahteraan rakyatnya dalam jangka panjang, bukan hanya saat ini tetapi sampai anak cucu keturunannya. Dan bukan hanya memikirkan kepentingan dirinya ataupun kelompoknya saja tetapi kepentingan bersama negara ini.

Seandainya geplak yang manis tersebut dikemas dalam kotak cookies, rasanya akan menjadi perpaduan yang pas. Indah kemasannya serta rasanya mengena di lidah rakyat.

- Selamat memilih presiden baru bagi rakyat indonesia – kutisari 05 july 2009 -

Sabtu, 04 Juli 2009

GADIS KECIL BERNAMA MILA

Baru kusadari jika gadis kecil penjaja koran di perempatan jalan jermursari tersebut tidak pernah aku temui lagi sejak sekitar sebulan ini. Yang tampak justeru teman-temannya sesama penjaja koran yang lebih besar dari padanya. Aku ingat sekitar 1 tahun lalu ketika aku pulang kantor dan melewati perempatan itu sekitar jam 20.00 malam dan harus berhenti karena lampu sedang merah, tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara anak kecil di sampingku yang menawarkan korannya; “koran om, koran.” Dengan spontan aku menolaknya karena ketika itu aku pikir koran yang dijajakannya adalah koran pagi hari dimana aku sendiri telah membacanya di kantor. Berhari-hari kemudian setiap kali aku melewati perempatan itu aku selalu memperhatikan gadis kecil itu dengan gesitnya menawarkan korannya kepada setiap mobil yang berhenti karena lampu merah, dan itu makin menarik perhatianku karena gadis kecil itu harus bersaing dengan sesama penjual koran yang lebih besar dari dirinya. Akhirnya aku mulai membeli korannya dan selalu aku beri uang limaribu rupiah dengan mengatakan; “ambil aja kembaliannya, nak”. Dan begitulah setiap kali aku melewati perempatan itu aku akan berharap mendapat lampu merah dan begitu pula gadis kecil itu akan langsung berlari menyongsong mobilku begitu melihatnya. Akhirnya diantara kami timbullah semacam kerinduan, aku merindukan sosok putri kecilku yang tinggal bersama ibunya di kota yang lain sedangkan gadis kecil itu, aku yakin merindukan korannya dibeli. Ya, gadis kecil itu kira-kira seusia putri kecilku nun dirumah sana.

Pernah aku sengaja parkir di ruko seputar perempatan itu dan membeli seloyang martabak manis yang dijual disana, dan kemudian kupanggil gadis kecil itu bersama temannya untuk menikmatinya bersama. Dari situ aku baru tahu namanya adalah Mila. Ketika itu Mila baru berumur 6 tahun dan sudah harus berjualan koran sampai malam hari. Ketika aku tanyakan; “Mila rumahnya dimana?” jawabnya ,i>“di wiyung om.” Kemudian aku bertanya lagi; “terus kamu naik apa dari wiyung kesini?” dan dijawab oleh temannya yang bernama Sumi yang kutaksir sudah berusia sekitar 9 tahun; “ Mila dianter bapaknya om kalo kesini, bapaknya khan tukang becak, nah nanti jam sembilan malam bapaknya lewat sini dan sekalian jemput Mila.” Aku cuma bisa berkata ; “Oo, begitu ya.” Dari situ aku sudah dapat membayangkan kehidupan macam apa yang dijalani oleh gadis kecil bernama Mila tersebut. Ketika anak-anak seusianya sedang menonton televisi, bersenda gurau dengan keluarganya maka pada saat yang sama gadis kecil bernama Mila itu harus berjualan koran sampai nanti bapaknya melewati jalan tersebut dan menjemputnya dengan becak yang dimilikinya.

Hari demi hari akhirnya aku makin mengerti kisah gadis kecil itu, sejak pagi Mila harus membantu ibunya mempersiapkan ubo rampe nasi pecel dirumah mereka untuk kemudian bersama ibunya naik becak yang dikemudikan oleh bapaknya menuju pasar wonokromo untuk berjualan. Sekitar jam 13.00 maka bersama bapaknya, Mila akan mengambil dagangan koran di loper stasiun wonokromo untuk kemudian dijual di perempatan tersebut. Perlu diingat bahwa harga koran yang mereka ambil siang hari hanya setengah harga dari pagi hari. Dan sekitar jam 14.00 mereka sekeluarga akan kembali pulang kerumah dan pada jam 17.00 sang bapak akan kembali menarik becaknya dengan tidak lupa menurunkan menurunkan Mila diperempatan tersebut untuk kemudian dijemput lagi jam 21.00, demikian rutinitas mereka setiap harinya.

Dan aku, pada akhirnya akan berusaha melewati perempatan tersebut setiap kali pulang dari kantor hanya untuk melihat senyum bahagianya ketika menyongsong mobilku serta mengulurkan korannya untuk kubayar tanpa kuminta kembaliannya. Dan aku, pada akhirnya akan berusaha melewati perempatan tersebut setiap kali pulang dari kantor hanya untuk melihat kegigihan gadis kecil bernama Mila itu menjalani hidupnya. Senang rasanya hatiku ketika mendengar suara kecilnya berkata; “terima kasih ya, om” atau suatu ketika dagangan korannya telah habis, dan gadis kecil bernama Mila itu akan berkata; “maaf ya om, korannya sudah laku” atau bahkan pernah;,i> “koranku belum ada yang laku dari tadi om.”,/i> Dan aku akhirnya akan memborong semua korannya yang tidak laku tersebut. Beberapa temanku yang mengetahui kebiasaanku terhadap gadis kecil bernama Mila itu sering mengingatkanku untuk tidak terlalu menaruh perhatian dengan selalu memborong korannya setiap kali melewati perempatan tersebut, tetapi aku selalu berkesimpulan bahwa “aku kagum pada sosoknya yang selalu gembira meskipun kehidupan yang berat terlalu dini menghampirinya.”

Karena kesibukannku dengan pekerjaan, sampai pada akhirnya baru kusadari jika gadis kecil penjaja koran di perempatan jalan jermursari tersebut tidak pernah aku temui lagi sejak sekitar sebulan ini. Dan di malam itu aku kembali sengaja berhenti di parkiran ruko disekitar perempatan itu untuk meyakinkan diriku bahwa aku tidak melewatkan gadis kecil bernama Mila yang menjajakan koran. Ketika aku yakin tidak menemukan gadis kecil bernama Mila itu akhirnya aku menghampiri salah seorang anak yang juga berjualan koran disitu dan bertanya; “dik, si Mila kemana ya kok saya enggak pernah liat dia jualan koran lagi?” dan penjual koran itu menjawab; “ Mila udah enggak disini om, Mila udah mati hampir sebulan lalu karena kesamber motor waktu jualan korannya, yang nabrak lari om, gak ketangkep.” Dan aku terhenyak mendengar jawaban lugas tersebut. Jawaban yang terkesan biasa saja bagi kehidupan anak-anak jalanan.

Dan di malam itu, didalam kamar kontrakanku, aku berdoa diatas sajadahku ; “ selamat jalan gadis kecil bernama Mila, Gusti Allah lebih menyayangimu dengan pilihaNYA yang diberikan padamu, selamat jalan nak.” Dan pelan-pelan air mataku menetes di kedua pipiku.

Kutisari.30.06.2009

SERAKAH

Salah satu sifat dasar yang ada pada manusia adalah SERAKAH. Sifat dasar ini jika dikelola dengan baik tentunya akan berbuah suatu hal yang positif. Tetapi sayangnya kita (termasuk saya) kadangkala lupa ketika kita sudah dibelenggu oleh sifat serakah ini. Serakah menimbulkan korupsi yang terjadi dimana-mana, serakah menjadikan pungli sebagai sesuatu yang wajar, bahkan serakah membuat seorang penjudi yang telah menang dalam 10 (sepuluh) kali putaran kemudian habis-bis pada putaran ke 11 (sebelas).

Banyak alasan untuk menjadikan seseorang serakah, tetapi paling tidak ada 3 (tiga) penyebab utamanya.

Pertama : KETAKUTAN. Kita senantiasa dihinggapi rasa takut, takut tidak bisa makan, takut miskin, takut tidak punya uang, takut dianggap tidak mampu. Pada dasarnya ketakutan adalah hal yang wajar, yang berbahaya adalah ketika suatu ketakutan akan kebendaan dan uang dianggap sebagai suatu gaya hidup yang akhirnya menajdi sindrome akut di masyarakat kita. Hal inilah yang membuat kita selalu menginginkan sesuatu yang lebih banyak, yang mengakibatkan kita berbuat diluar batas kewajaran kita. Ketakutan inilah yang mengakar pada masyarakat kita sampai saat ini.

Kedua : PERMAKLUMAN, bahwa kita adalah makhluk manusia/fisik. Secara fisik kadang kita memaklumi jika kedapatan seorang PNS ngobyek (melakukan pekerjaan lain) ketika jam kantor. Kita maklum jika pengurusan suatu dokument di suatu instansi memerlukan uang ekstra. Kita kerap kali lupa bahwa sebagai makhluk manusia kita juga akan mengalami kematian dimana segala sesuatu yang telah kita kumpulkan (uang/harta) tidak akan kita bawa ke alam kubur kita kecuali amal soleh/derma yang kita bagikan ketika hidup. Sementara mempermudah urusan seseorang yang berkaitan dengan diri kita adalah suatu amal soleh/derma tersendiri.

Ketiga : TIDAK PERCAYA AKAN TUHAN. Sejak kecil kita sudah diajarkan untuk berTuhan, sejak kecil kita sudah dikenalkan pada agama kita masing-masing. Tetapi keyakinan kita terhadap Tuhan hanya sebatas tanda pengenal kita, ritual kita, kita ternyata tidak sungguh-sungguh yakin bahwa Tuhan dapat menjamin masa depan kita jika kita mau berusaha keras dalam hidup ini. Kita selalu menginginkan perubahan yang drastis dalam hidup ini dan ini menimbulkan keserakahan dalam diri kita. Yang mengakibatkan kita lebih percaya menghalalkan segala sesuatu untuk menghasilkan uang dengan cepat ketimbang percaya pada Tuhan.

Kutisari. 29.06.2009

ANGSA HITAM

Dahulu kala siapa yang menyangka ada angsa (berbulu) hitam. Ratusan tahun semua orang dibelahan barat hanya tahu seekor angsa (hampir pasti) berbulu putih. Angsa putih jadi ikon ketenangan, simbol cinta, anggun dan tenang di tengah danau.
Tetapi ketika kemudian benua Australia ditemukan, dan di benua tersebut ditemukan pula angsa berbulu hitam maka rusak lah image tentang seekor angsa yang seharusnya berbulu putih. Memang sangat jarang angsa hitam tetapi ternyata ada, dan ini menjadikan kita seperti dungu dan picik karena hanya mempercayai angsa putih saja.

Siapa yang menyangka ada orang kejam seperti Hitler yang dulunya hanyalah orang biasa saja, siapa yang menyangka seorang salesman alat pembuat milkshake akhirnya menjadi raja burger dunia (Raymond Kroc McDonalds), siapa mengira seorang anak yunani bengal yang bermusuhan sejak kecil dengan ayahnya justru menjadi penyelamat ayahnya dan akhirnya menjadi raja kapal dunia (Aristotrelles Onasis) dan hal hal yang tidak disangka tersebut adalah Angsa Hitam. Dalam setiap kejadian didunia, baik itu cerita kesuksesan seseorang, krisis finansial dunia, peristiwa 911, dan sebagainya akan terdapat 3 (tiga) hal yang saling berkaitan, yaitu : hal yang tidak terduga sebelumnya, hal yang berakibat sangat besar dalam perubahan hidup kita,dan hal setelah kejadian tersebut berlaku dimana kita akan mudah menjelaskannya

Beberapa penemuan didunia juga menjadi Angsa Hitam, ketika para penjelajah spanyol mencari rute menuju India ternyata mereka malah menemukan benua Amerika, ketika para ahli Pfizer mencari obat untuk jantung ternyata mereka malah menemukan Viagra. Mudah bagi kita jika melihat suatu kejadian setelah kejadian tersebut berlaku tetapi tidak mudah (bukan tidak mungkin) untuk memprediksi sebuah kejadian akan terjadi.

Angsa hitam bagaikan kejadian langka yang bersifat positif yang kita harapkan tetapi kita juga harus waspada terhadap kejadian yang bersifat positif seandainya terjadi terhadap diri kita. Jangan terlalu berpatokan pada segala sesuatu yang telah kita rencanakan baik-baik, cobalah untuk serta memantau keadaan disekitar kita yang berhubungan dengan rencana kita tersebut, sehingga kita akan siap apapun hasil akhirnya. Ingat, masa depan sangatlah tidak pasti dan perencanaan setepat apapun dapat pula berbuah kesalahan. Hanya dengan sikap kita yang selalu waspada akan membuat kita siap memanfaatkan Angsa Hitam.

kutisari.26.06.2009
thanks to buku the black swan-Nassim Nicholas Thaleb

BERKAH

Lelaki itu bernama Henry, seorang pengusaha bengkel mobil dan asesoriesnya beserta pencucian mobil. Seperti kebanyakan pengusaha yang merasa telah kenyang makan asam-garam maka selalu merasa diatas angin, selalu merasa paling benar, selalu merasa paling tahu seluk-beluk bisnisnya. Ditambah perangainya yang gampang naik pitam terhadap anak buahnya, jika omset menurun karena hal-hal diluar jangkauan manusia, seperti ketika musim hujan yang berakibat pencucian mobilnya sepi maka tak jarang caci-maki dan kata-kata bodoh keluar dari mulutnya, seolah-olah jika Henry sendiri yang turun tangan maka tidak akan terjadi kemerosotan omset. Tetapi jika bisnisnya sedang naik daun karena musim liburan dimana banyak orang ke bengkelnya untuk memeriksakan mobilnya yang berarti omsetnya naik, maka dia kan menganggapnya suatu hal yang lumrah saja, tidak perlu tambahan bonus atau uang makan bagi karyawannya yang telah lelah mengurusi sekian banyak kastemer yang datang.

Wanita itu bernama Sopie, manajer bengkel yang bekerja pada Henry. Tugas Sopie adalah bagaimana agar omset bengkel tersebut dapat tetap terjaga baik dan bahkan semakin naik. Walhasil Sopie harus ikut pontang-panting turun tangan melayani pelanggan bengkel tersebut yang seharusnya sudah bukan tugasnya lagi. Karena para karyawannya sudah kehilangan semangat bekerja akibat tabiat dan perangai Henry yang temperamental dan tidak pernah peduli nasib karyawannya. Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, mengudurkan diri sebagai karyawan di bengkel milik Henry bukanlah suatu pilihan bagi para karyawannya mengingat susahnya lapangan pekerjaan diluar sana.

Jika ada pelanggan yang komplain kepada Henry terhadap hasil kerja bengkel terhadap mobilnya, maka dengan keras Henry akan memanggil montirnya dan memarahinya didepan pelanggan yang komplain tersebut dan menyuruhnya untuk memperbaikinya tetapi pelanggan akan disuruh menunggu terlebih dahulu. Jika ada pelanggan korporasi yang memang diberi tenggang waktu pembayaran karena strategy bisnisnya dan membayarnya telat satu atau dua hari, maka Henry akan kembali naik pitam kepada Sopie sang manager bengkel. Jika ada supplier bengkelnya mengirimkan tagihannya kepada Henry dan hatinya sedang senang maka akan langsung dibayar, tetapi jika hatinya sedang sumpek maka there’s still tommorrow to pay.

Suatu ketika dalam sebuah acara penyegaran rohani, Henry tiba-tiba tersadar dan mendapat pencerahan sehingga mata hatinya terbuka lebar. Ternyata sebuah bisnis bukan melulu soal uang, sebuah bisnis adalah soal orang juga. “Business is about people not only products and services”, maka dari itu jangan lupakan ujung tombak suatu bisnis, yaitu karyawan. Jika ingin sukses maka sentuhlah karyawan karena motor penggerak sebuah perusahaan adalah para karyawannya. Maka pencerahan itu menginspirasikan diri Henry. Dia kemudian menganggap bahwa semua itu titipan TUHAN. Bisnis bengkelnya adalah milik TUHAN dan dirinya hanyalah tak lain dari pengelola yang diberi kepercayaan oleh TUHAN untuk menjalankannya. Dan diajaklah seluruh karyawannya untuk melakukan meeting bersama, suatu hal yang tidak pernah dilakukannya kecuali terhadap Sopie. Dalam meeting tersebut Henry membuat para karyawannya terpesona dengan kata-katanya : “kita ini semua ternyata adalah para pengelola bengkel ini, pemilik bengkel ini adalah TUHAN, oleh karena itu marilah kita saling bahu-membahu dalam menjalankan bengkel ini”. Kemudian diambillah langkah-langkah perubahan oleh Henry, bahwa tugas karyawan adalah melayani pelanggan bengkelnya dan tugasnya sebagai pemimpin bengkel adalah melayani karyawannya, sehingga terciptalah suatu sinergy yang harmonis. Kata-kata cacian sudah tidak pernah keluar lagi dari mulutnya, bahkan Henry mulai memberlakukan sistem bonus atau tambahan uang makan ketika karyawannya harus pulang larut, tak lupa pula tiap karyawannya disapanya tiap hari, di uwongke (diorangkan) kalau menurut istilah jawa. Akibatnya kinerja karyawannya meningkat karena mereka melihat perubahan dalam diri pemilik bengkelnya. Kepada pelanggannyapun Henry sekarang memperlakukan mereka bukan hanya sebagai raja tetapi sebagi layaknya kaisar. Jika terjadi komplain maka Henry akan meminta maaf terlebih dahulu kepada pemilik mobil tersebut kemudian meminta montirnya untuk mengganti atau memperbaikinya segera tanpa harus menunggu lagi dan tanpa extra tambahan biaya, bahkan masih diberikan garansi jika terjadi keluhan dikemudian hari. Maka mudah ditebak, makin sukses lah usaha bengkel milik Henry, dan saat ini dia berencana untuk membuka cabang bengkelnya di 3 (tiga) kota besar sekaligus.

Dan ketika ditanya apa rahasia suksesnya yang didapat dari pencerahan kala itu, jawabnya “hidup kita bukanlah hanya mencari berkah semata bagi diri kita sendiri, tetapi menjadi berkah bagi semua orang, bahwa titipan TUHAN itu (bengkel) bukan hanya untuk dirinya saja tetapi juga untuk sesamanya (karyawan, pemasok, pelanggan, serta lingkungannya).”

Kutisari.23.06.2009-buat temanku Henry

dimulai dari diri kita

mengapa korupsi masih merajalela di negeri Indonesia ini?
mengapa kondisi carut-marut di kalangan anggota dewan negeri Indonesia ini masih terus berlangsung?
mengapa kriminalitas makin menjadi dimana-mana?
mengapa setiap orang mempunyai alasan pembenar untuk suatu perbuatan tidak terpuji yang telah dilakukannya ?
mengapa selalu pihak yang mencoba untuk mencari keadilan selalu dikalahkan?
dan masih banyak pertanyaan mengapa lagi di negeri seribu satu masalah ini, kawan cobalah untuk dari diri kita masing-masing mencoba untuk memulai instropeksi - mau melakukan perubahan (paling tidak untuk diri sendiri atau lingkungan terdekat lebih dahulu).

apalah artinya ibadah kita jika kita masih mementingkan diri kita ataupun kelompok kita. Dalam buku karya Dalai Lama : ' The Art of Hapiness ' dijabarkan bahwa kita tidak perlu membalas kejahatan dengan kejahatan, meski kita mampu dan mempunyai kesempatan untuk membalasnya. Dengan tidak menjadi jahat maka kita termasuk orang yang bermartabat dan berarti mengurangi sebuah kejahatan yang akan ditimbulkan oleh perbuatan jahat kita tersebut. Nasehat Dalai Lama memang sangat bijaksana, tetapi dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari rasanya kok susah sekali ya.
apalagi jika dendam telah menjadi kesumat.
apalagi jika dendam telah sampai ubun-ubun.
apalagi jika dendam sudah membara menjadi kemarahan.

untuk mencoba meredam berbagai apalagi seperti diatas, rasanya kita perlu untuk menganggap bahwa HARI INI SEBAGAI HARI TERAKHIR KITA HIDUP SEBAGAI MANUSIA.
karena kita tidak akan pernah tahu sampai kapan umur kita, mungkin (memang) hari ini, besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan, atau bahkan belasan dan puluhan tahun lagi. Subhanallah, tidak ada yang tahu rahasia umur kita kecuali Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Tetapi paling tidak dengan beranggapan bahwa hari ini adalah hari terakhir kita, Insya Allah akan membuat kita memiliki semangat untuk selalu berbuat baik setiap hari - disetiap waktu. Yang pada akhirnya akan membuat kehidupan di negeri Indonesia ini menjadi semakin baik. Jangan melihat orang lain, coba kita mulai terapkan dan lakukan pada diri kita sendiri dulu.
semoga kita semua dapat melakukannya, ajaklah setiap orang untuk berbuat baik. Sistem getok-tular lebih efektif daripada melalui kampanye bombastis di berbagai media.

semoga ya kawan. Yuk kita coba benahi negeri ini dimulai dari diri kita.

juanda 22.06.2009

KARAKTER

anakku berteriak aku suka spiderman dan transformers
aku bilang ada gundala putra petir dan senopati pamungkas di negeri ini

anakku ingin makan kfc
aku bilang, cobalah nasi pecel madiun

anakku mengajak ke disneyland
aku bilang dunia fantasy juga enggak kalah


disadari atau tidak, kemasan produk adalah hal yang sangat penting dalam suatu bisnis. Apalagi yang berhubungan dengan dunia anak-anak bahkan dewasa karena dengan penciptaan image yang kuat akan menarik masyarakat untuk membeli, bahkan lintas benua pun dapat dijual.
kita tahu bahwa image dan karakter-karakter yang kuat akan suatu produk dipungkiri atau tidak memang selalu dimiliki oleh negara Amerika. Berapa banyak karakter superhero mereka yang diimport ke negara kita, berapa banyak produk-produk mereka yang dengan bangga di miliki oleh anak-anak maupun keluarga kita.
Sebut saja dari merk-merk ternama : nike, kfc, mc d, nba, harley davidson, starbucks, dsbnya semuanya ada disini - dinegara ini - INDONESIA. Semuanya berhasil dijual disini karena penciptaan karakter serta image mereka sangat kuat dalam strategy penjualannya.

Tetapi apakah kita tahu bahwa beberapa komponen dari produk-produk tersebut justeru berasal dari negeri ini - INDONESIA? salah satu pemasok nike ada di tangerang, pemasok jaket kulit harley davidson ada di karawang, yang mewarnai komik-komik marvels berada di jakarta/bandung/jogja, kopi untuk starbucks berasal dari sumatera.
Kita selalu merasa 'sudah cukup' jika produk setengah jadi kita atau bahan dasar kita dibeli oleh bangsa lain, sementara jika kita mau mengembangkan produk kita sendiri sampai end produk untuk dikonsumsi masyarakat luas (baca: dunia) Mestinya kita tidak kalah dengan produk-produk tersebut. Tapi pencerminan image / karakter akan produk tersebut sudah harus mulai dipikirkan.

Jangan sampai ada lagi omongan dari bangsa lain yang menyatakan bahwa Indonesia ini saking banyaknya suku bangsa menjadi bangsa yang tidak punya karakter kebangsaan sehingga menjadi sasaran empuk bagi produk-produk asing.

Ayo, kita buktikan bangsa INDONESIA ini bisa memproduksi merk-merk ternama yang menjelajah ke pusat perbelanjaan - mal - plaza diseluruh dunia dengan label MADE IN INDONESIA.

salam.

juanda 20.06.2009